Besi terdapat di alam dalam bentuk senyawa, antara lain sebagai hematit
(Fe2O3), magnetit (Fe3¬O4), pirit (FeS2) dan siderit ( FeCO3). Salah satu
kelemahan besi adalah mudah mengalami korosi. Korosi menimbulkan banyak
kerugian karena mengurangi umur pakai berbagai barang atau bangunan yang
menggunakan besi atau baja. Sebenarnya korosi dapat dicegah dengan mengubah
besi menjadi baja tahan karat (stainless steel), akan tetapi proses ini terlalu
mahal untuk kebanyakan penggunaan besi.
Besi pada
dasarnya dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
a. Besi
murni, yang memiliki berat jenis = 7,876 dan titik lelehnya sekitar 1525○C.
b. Besi
teknik, berat jenisnya rata-rata = 7,85
Besi teknik selalu bercampur dengan unsur-unsur lain seperti: karbon
(C), silikon (Si), mangan (Mn), belerang (S), dan tembaga (Cu). Besi teknik
terbagi atas:
a. Besi mentah, tidak dapat di tempa kadar arangnya lebih dari 3,5%
b. Besi tuang, tidak dapat ditempa, kadar aranganya 1,7-3,5%
c. Baja, dapat ditempah, kadar arangnya 1,7%.
Sifat dari besi teknik terutama ditentukan oleh kadar zat arangnya.
Orang masih menemukan besi bersenyawa dengan bahan lain seperti kapur, asam
arang, belerang, posfor. Persenyawaan ini disebut bijih besi, dan jika bijih
besi ini mengandung cukup besi (30-40%), maka bijih besi ini dapat diolah
menjadi besi.
1.
Proses Pengolahan Bijih Besi
a.
Proses penambangan bijih besi
Proses penambangan bijih besi dapat dilakukan dengan
beberapa cara diantaranya yaitu:
1. Tambang terbuka (surface mining)
: adalah metode penambangan yang segala kegiatan dan aktivitasnya dilakukan di
atas atau relif dekat permukaan bumi dan tempat kerjanya berhubungan dengan
udara luar.
2. Tambang dalam/tambang bawah tanah (underground mining) : adalah metode
penambangan yang segala kegiatan dan aktivitasnya dilakukan di bawah permukaan
bumi, dan tempat kerjanya tidak
berhubungan dengan udara luar.
3. Tambang di bawah air (underwater mining) : adalah metode penambangan
yang segala kegiatan dan aktivitasnya dilakukan dibawah permukaan air.
b.
Pengerjaan bijih besi
Bahan yang diperoleh dari penambangan, masih berbentuk
bongkahan-bongkahan terlebih dahulu dikerjakaan dengan cara pemecahan
bijih-bijih besi. Pada proses ini bijih besi dihancurkan dan sebagian besar
berupa kotoran yang terdapat pada bijihnya, dibuang dengan menggunakan metode
pemisahan media berat.
c.
Pemerosesan bijih-bijih
pemerosesan bijih-bijih yaitu proses pemisahan logam murni dan
senyawanya dari bijih-bijihnya. Proses ini secara umum dibagi atas:
1.
Pyrometallurgi
Yaitu pemisahan logam dilakukan dengan cara menaikkan
tempratur bijih-bijih hingga mendidih, sehingga terjadi pemisahan diakibatkan
adanya perbedaan berat jenis dari bahan-bahan yang terdapat pada bijih-bijih
tersebut.
2.
Hidrometallurgi
Yaitu pemisahan bijih-bijih besi dengan cara
menambahkan cairan asam atau basa yang sesuai denagn jenis logam yang terdapat
pada bijih-bijih yang dikerjakan.
2.
Proses Pada Dapur Tinggi
Dapur tinggi
terbuat dari susunan batu tahan api yang diperkuat
dengan tiang-tiang baja. Dalam dapur tinggi akan terjadi proses reduksi bijih
besi menjadi besi kasar (besi mentah). Selain itu, juga terjadi reaksi-reaksi
kimia yang menyertai proses reduksi tersebut. Berikut adalah gambar dapur
tinggi beserta bagian-bagiannya.
Gambar 1. Dapur
tinggi
Dapur tinggi
didirikan diatas fondasi yang diperkuat oleh tiang-tiang baja. Bagian
dalam dapur tinggi dilapisi batu tahan api yang mempunyai sifat tahan terhadap
suhu tinggi dan dan merupakan penyekat panas. Pada bagian atas dapur terdapat
corot pengisi yang bekerja secara bergantian sehingga kehilangan gas dapur
tinggi dapat dicegah sekecil mungkin. Dapur tinggi ini dilengkapi dengan alat
pemanas udara (pesawat Cowper), alat pemisah debu dan sebagainya.
a.
Pengisian Bahan
Bahan-bahan
yang akan diisikan ke dalam dapur tinggi ialah : bijih besi, kokas,
dan batu kapur. Bahan ini disimpan di dekat dapur tinggi supaya
pengisiannya mudah. Bahan-bahan diangkut ke puncak dapur tinggi dengan alat
pengangkut selapis demi selapis. Mula-mula diisikan bijih besi 3 m3 ,
dan seterusnya secara bergantian sehingga pengisian bahan akan berlangsung
secara terus menerus.
b.
Proses Dapur Tinggi
Bahan-bahan
pengisi dapur tinggi ialah bijih besi, kokas dan batu kapur yang akan mengalami
proses fisika ataupun kimia. Mula-mula bahan tersebut akan mengalami pemanasan
pendahuluan, kemudian disusul oleh reaksi reduksi dan terjadi peleburan besi.
1. Pemanasan pendahuluan
Di dalam dapur
tinggi gas-gas hasil pembakaran yang suhunya masih panas akan naik ke atas
sambil memanaskan bahan-bahan yang diisikan. Akibatnya air dan zat-zat yang
mudah menguap yang terdapat dalam bahan-bahan pengisi akan menguap sehingga
akhirnya bahan-bahan akan menjadi cukup kering.
2. Proses reduksi
Dalam daerah
reduksi yaitu daerah dapur tinggi dan suhu berkisar 800oC – 1400oC,
akan terjadi serangkaian reaksi-reaksi kimia antara lain reaksi reduksi
bijih besi, reaksi pembakaran kokas, dan peruraian batu kapur.
Karena pengaruh
udara maka kokas akan terbakar menurut reaksi sebagai berikut:
C + O2 --------------- CO2
Dalam
pembakaran ini akan dihasilkan panas sehingga mampu untuk meleburkan bijih besi
dan juga dapat mempercepat reaksi-reaksi yang lain. Selanjutnya gas CO2 yang
terjadi akan naik ke atas bersinggungan dengan lapisan kokas diatasnya dan
bereaksi menurut reaksi sebagai berikut :
CO2 + C ------- 2CO
Gas CO yang
terjadi akan mereduksi bijih besi menurut reaksi berikut :
Fe3O4 +
CO ----------- 3FeO + CO2
Fe2O3 +
CO ---------- 2FeO + CO2
Kedua reaksi di
atas disebut reaksi reduksi tidak langsung.
Pada daerah
reduksi juga terjadi peruraian batu kapur dan mungkin juga peruraian MgCO3 ataupun
FeCO3 yang mungkin terdapat dalam batu kapur tersenut menurut
reaksi berikut :
CaCO3
---------- CaO + CO2
MgCO3
---------- MgO + CO2
FeCO3
---------------- FeO + CO2
Gas CO2 hasil
dari peruraian ini akan bersinggungan dan bereaksi dengan lapisan kokas menurut
reaksi berikut :
CO2
+ C --------- 2CO
3. Proses Peleburan
Pada daerah
hentian suhu mencapai 1400oC – 1600oC. Disini akan
terjadi peleburan hasil reduksi tak langsung dan juga terjadi pembentukan terak
. Disamping itu juga akan terjadi reduksi langsung FeO oleh kokas.
Reaksi-reaksi kimia yang terjadi pada daerah ini adalah sebagai berikut :
Reduksi
langsung FeO + C ---- Fe
+ CO
Pembentukan terak CaO + SiO2 ---- CaSiO3
Pembentukan terak CaO + SiO2 ---- CaSiO3
Kalau bijih
besi mengandung Mangan MnO + SiO2 ---- MnSiO3
Karena berat
jenis terak lebih ringan daripada berat jenis besi, maka terak akan mengapung
pada bagian atas.
Besi mentah
yang dihasilkan bukan merupakan besi murni tetapi masih mengandung unsure yang
lain seperti karbon (C) yang berasal dari kokas, silisium (Si), mangan (Mn) dan
Phospor (P) yang berasal dari bijih besi.
Input dapur
tinggi :
1. biji besi.
2. kokas.
3. batu kapur.
Out put dapur
tinggi :
1. Gas Buang
(CO2 dan Gas Lainnya).
2. besi kasar.
3. kerak.
Hasil dari proses dapur tinggi yang paling penting adalah besi kasar/besi
murni.
3.
Besi Kasar
Ada dua macam
besi kasar yang dihasilkan oleh dapur tinggi yaitu besi kasar putih dan besi
kasar kelabu.
1. Besi kasar
kelabu (Kishy pig iron)
Nama besi kasar
ini didapat berdasarkan warna bidang patahnya, yang berwarna kelabu muda sampai
tua hampir hitam. Besi kasar kelabu lebih halus lebih liat dibandingkan dengan
besi kasar putih, Titik Cairnya = 1300O○C dan berat jenisnya 7-7,2.
Besi kasar kelabu ada 2 macam yaitu:
Besi kasar kelabu ada 2 macam yaitu:
a.
Besi kasar kelabu muda
Besi kasar ini
mengandung silisium ½ % – 1 % dan butirbutirnya halus baik untuk silinder
mesin.
b.
Besi kasar kelabu tua
Sifat-sifatnya mudah dituang butir-butirnya kasar juga tahan terhadap tekanan tinggi.
Sifat-sifatnya mudah dituang butir-butirnya kasar juga tahan terhadap tekanan tinggi.
2.
Besi kasar putih (Forge pig iron)
Nama besi kasar ini juga didapat
dari warna bidang patahnya. Pada besi kasar ini zat arangnya sebagian besar
berbentuk karbid besi (Fe3C), sehingga sifatnya keras dan getas. Titik cairnya
+ 1100 °C. Kadar karbonnya 2,3 % – 3,5 %, dan kadar mangannya agak besar. Besi
kasar ini paling baik untuk digunakan untuk baja, berat jenisnya 7,58 – 7,73.
4. Dapur Baja
Dewasa ini telah digunakan beberapa cara moderen dalam
pembuatan baja. Ada tiga proses dalam pembuatan baja secara moderen, yaitu:
1.
Proses dengan menggunakan
konverter.
2.
Proses siemenes martin.
3.
Proses dapur tinggi.
1.
Proses dengan menggunakan konverter
Dimana proses konverter adalah salah
satu proses dari dapur baja yang menggunakan
batu bata tahan
api yang bersifat asam dan juga batu bata yang bersifat basa. Fungsi dari pada
batu bata tahan api tersebut adalah menahan panas dan mampu sampai lebih dari
1000 derajat Celcius. Biasa digunakan pada incinerator, cerobong, kiln, dryer,
rotary, dll. Batu bata tahan api seniri diperlukan oleh setiap industri yang
dalam pengolahan produksinya mengunakan Tungku Pembakaran (Furnace), Ketel Uap
(boiler), dan Tungku Peleburan.
Proses konverter terdiri dari satu tabung yang berbentuk bulat lonjong
dengan menghadap ke samping.
Sistem kerja :
1. Dipanaskan dengan kokas sampai + 1500°C)
2. Dimiringkan untuk memasukkan bahan baku baja (+
1/8 dari volume konveror)
3. Kembali ditegakkan
4. Udara dengan tekanan 1,5-2 atm dihembuskan dari
kompresor.
5. Setelah 20 – 25 menit konvertor dijungkirkan untuk
mengeluarkan isinya.
Proses konvertor :
a. Proses
Bessemer untuk besi kasar dengan kadar fosfor yang rendah.
b. Proses
Thomas untuk besi kasar dengan kadar fosfor yang tinggi.
a.
Proses Bassemer
Gambar 2. Henry Bessemer
Proses Bessemer adalah
proses untuk produksi massa baja dari cair pig iron. Proses ini dinamai sesuai
dengan nama penemunya, Henry Bessemer, yang mengeluarkan paten pada tahun 1855.
Proses ini juga telah digunakan di luar Eropa selama ratusan tahun, tetapi
tidak pada skala industri. Prinsip utama adalah menghilangkan kotoran dari besi
dengan oksidasi dengan udara yang ditiup melalui besi cair. Oksidasi juga
meningkatkan suhu massa besi dan menyimpannya cair.
Proses ini dilakukan dalam
kontainer baja bulat telur besar yang disebut Converter Bessemer.Konvertor
dibuat dari plat baja dengan sambungan las atau paku keling. Bagian dalamnya
dibuat dari batu tahan api. Batu tahan api yang digunakan untuk lapisan bagian
dalam Konvertor dapat bersifat asam. Konvertor disangga dengan alat penyangga
yang dilengkapi dengan trunnion untuk mengatur posisi horizontal atau vertikal
Konvertor. Kapasitas sebuah konverter 8-30 ton besi cair dengan muatan yang
biasa berada di sekitar 15 ton. Dibagian atas konverter merupakan pembukaan,
biasanya miring ke sisi relatif terhadap tubuh kapal, dimana besi diperkenalkan
dan produk jadi dihapus. Bagian bawah ini berlubang dengan sejumlah saluran
yang disebut tuyères melalui udara dipaksa menjadi konverter. Konverter ini
diputar pada trunnions sehingga dapat diputar untuk menerima tuduhan, berbalik
tegak selama konversi dan kemudian diputar lagi untuk menuangkan baja cair di
akhir.
Konvertor
Bessemer dilapisi dengan batu tahan api yang bersifat asam. Dibagian atasnya
terbuka sedangkan pada bagian bawahnya terdapat sejumlah lubang-lubang untuk
saluran udara. Bejana ini dapat diguling-gulingkan.
Korvertor
Bessemer diisi dengan besi kasar kelabu yang banyak mengandung silisium.
Silisium dan mangan terbakar pertama kali, setelah itu baru zat arang yang
terbakar. Pada saat udara mengalir melalui besi kasar udara membakar zat arang
dan campuran tambahan sehingga isi dapur masih tetap dalam keadaan encer.
Setelah lebih
kurang 20 menit, semua zat arang telah terbakar dan terak yang terjadi dikeluarkan.
Mengingat baja membutuhkan karbon sebesar 0,0 sampai 1,7 %, maka pada waktu
proses terlalu banyak yang hilang terbakar, kekurangan itu harus ditambah dalam
bentuk besi yang banyak mengandung karbon. Dengan jalan ini kadar karbon
ditingkatkan lagi. dari oksidasi besi yang terbentuk dan mengandung zat asam
dapat dikurangi dengan besi yang mengandung mangan. Udara masih dihembuskan ke
dalam bejana tadi dengan maksud untuk mendapatkan campuran yang baik. Kemudian
terak dibuang lagi dan selanjutnya muatan dituangkan ke dalam panci penuang.
Pada proses
Bessemer menggunakan besi kasar dengan kandungan fosfor dan belerang yang
rendah tetapi kandungan fosfor dan belerang masih tetap agak tinggi karena
dalam prosesnya kedua unsur tersebut tidak terbakar sama sekali. Hasil dari
konvertor Bessemer disebut baja Bessemer yang banyak digunakan untuk bahan
konstruksi. Proses Bessemer juga disebut proses asam karena muatannya bersifat
asam dan batu tahan apinya juga bersifat asam. Apabila digunakan muatan yang
bersifat basa lapisan batu itu akan rusak akibat reaksi penggaraman.
b.
Konverter thomas
Konvertor
Thomas juga disebut konvertor basa dan prosesnya adalah proses basa, sebab batu
tahan apinya bersifat basa serta digunakan untuk mengolah besi kasar yang
bersifat basa. Muatan konvertor Thomas adalah besi kasar putih yang banyak
mengandung fosfor.
Proses
pembakaran sama dengan proses pada konvertor Bessemer, hanya saja pada proses
Thomas fosfor terbakar setelah zat arangnya terbakar. Pengaliran udara tidak
terus-menerus dilakukan karena besinya sendiri akan terbakar.
Pencegahan
pembakaran itu dilakukan dengan menganggap selesai prosesnya walaupun kandungan
fosfor masih tetap tinggi. Guna mengikat fosfor yang terbentuk pada proses ini
maka diberi bahan tambahan batu kapur agar menjadi terak. Terak yang bersifat
basa ini dapat dimanfaatkan menjadi pupuk buatan yang dikenal dengan nama pupuk
fosfat. Hasil proses yang keluar dari konvertor Thomas disebut baja Thomas yang
biasa digunakan sebagai bahan konstruksi dan pelat ketel.
Proses Thomas
disebut juga “Basic Bessemer Process” yaitu proses Bessemer dalam keadaan basa.
Proses ini memakai Converter yang di bagian dalamnya dilapisi bahan tahan api
(refractory) bersifat basa seperti dolomite (Mg CO3 CaCO3).
Pertama-tama
converter diisi dengan batu kapur, kemudian besi mentah (pig iron) cair yang
mengandung unsur phosfor (P) : 1,6 - 2% ; dan sedikit Si dan S (0,6% Si, 0,07 %
S).
Pada periode I
(Slag forming period = Silicon blow) yaitu pada saat penghembusan, unsur Fe,
Si, Mn akan teroksider dan terbentuklah terak basa (basic slag). Dengan adanya
batu kapur, akan terjadi kenaikan temperatur, tetapi unsur phosfor (P) yang
terkandung dalam besi mentah belum dapat dipisahkan dari Fe.
Pada periode ke
II (The brilliant flame blow = Carbon blow) yang ditandai dengan adanya
penurunan temperatur, dimana Carbon (C) akan terbakar, berarti kadar C menurun.
Jika kadar C tinggal 0,1 - 0,2%, maka temperatur akan turun menjadi 1400 - 1420oC.
Setelah
temperatur turun menjadi 1400oC, mulailah periode ke III (Reddish Smoke
Periode) yaitu terjadinya oksidasi dari Fe secara intensif dan terbentuklah
terak dengan reaksi :
Peristiwa ini
berlangsung + 3 - 5 menit, dan selanjutnya terbentuklah terak Phospor
[CaO)4.P2O5] yang diikuti kenaikan temperatur yang mendadak menjadi 1600oC.
Setelah periode ke III ini berakhir, hembusan udara panas dihentikan dan
converter dimiringkan untuk mengeluarkan terak yang mengapung di atas besi
cair.
Kemudian diberi
doxiders/deoxidising agents misalnya Ferro Monggan, Ferro Silicon atau
Aluminium untuk menghilangkan Oksigen (O2) serta memberikan kadar Mn
dan Si supaya diperoleh sifat-sifat tertentu dari baja yang dihasilkan. Terak
yang dihasilkan mengandung + 22 % P2O5 merupakan hasil ikatan yang diperoleh
dan dapat digunakan sebagai pupuk tanaman. Baja yang dihasilkan digunakan
sebagai bahan dalam proses pengecoran seperti pembuatan baja tuang atau baja
profil (steel section) seperti baja siku, baja profil I, C.
2 . Proses Siemenes Martin
Proses lain
untuk membuat baja dari bahan besi kasar adalah menggunakan dapur Siemens
Martin yang sering disebut proses Martin. Dapur ini terdiri atas satu tungku
untuk bahan yang dicairkan dan biasanya menggunakan empat ruangan sebagai
pemanas gas dan udara. Pada proses ini digunakan muatan besi bekas yang
dicampur dengan besi kasar sehingga dapat menghasilkan baja dengan kualitas
yang lebih baik jika dibandingkan dengan baja Bessemer maupun Thomas.
Gas yang akan
dibakar dengan udara untuk pembakaran dialirkan ke dalam ruangan-ruangan
melalui batu tahan api yang sudah dipanaskan dengan temperatur 600 sampai 900
derajat celcius. dengan demikian nyala apinya mempunyai suhu yang tinggi,
kira-kira 1800 derajat celcius. gas pembakaran yang bergerak ke luar masih
memberikan panas kedalam ruang yang kedua, dengan menggunakan keran pengatur
maka gas panas dan udara pembakaran masuk ke dalam ruangan tersebut secara
bergantian dipanaskan dan didinginkan. Bahan bakar yang digunakan adalah gas
dapur tinggi, minyak yang digaskan (stookolie) dan juga gas generator.
Pada pembakaran
zat arang terjadi gas CO dan CO2 yang naik ke atas dan
mengakibatkan cairannya bergolak, dengan demikian akan terjadi hubungann yang
erat antara api dengan bahan muatan yang dimasukkan ke dapur tinggi. Bahan
tambahan akan bersenyawa dengan zat asam membentuk terak yang menutup cairan
tersebut sehingga melindungi cairan itu dari oksida lebih lanjut. Setelah
proses berjalan selama 6 jam, terak dikeluarkan dengan memiringkan dapur
tersebut dan kemudian baja cair dapat dicerat. Hasil akhir dari proses Martin
disebut baja Martin. Baja ini bermutu baik karena komposisinya dapat diatur dan
ditentukan dengan teliti pada proses yang berlangsung agak lama. Lapisan dapur
pada proses Martin dapat bersifat asam atau basa tergantung dari besi kasarnya
mengandung fosfor sedikit atau banyak.
Proses Martin
asam teradi apabila mengolah besi kasar yang bersifat asam atau mengandung
fosfor rendah dan sebaliknya dikatakan proses Martin basa apabila muatannya
bersifat basa dan mengandung fosfor yang tinggi. Keuntungan dari proses Martin
dibanding proses Bessemer dan Thomas adalah sebagai berikut :
a. Proses lebih lama sehingga dapat
menghasilkan susunan yang lebih baik dengan jalan
percobaan-percobaan.
b. Unsur-unsur yang tidak
dikehendaki dan kotoran-kotoran dapat dihindarkan atau dibersihkan.
c. Penambahan besi bekas dan bahan
tambahan lainnya pada akhir proses menyebabkan susunannya dapat diatur
sebaik-baiknya. Selain keuntungan di atas dan karena udara pembakaran mengalir
di atas cairan maka hasil akhir akan sedikit mengandung zat asam dan zat lemas.
Proses Martin
basa biasanya masih mengandung beberapa kotoran seperti zat asam, belerang,
fosfor dan sebagainya. Sedangkan pada proses Martin asam kadar kotoran-kotoran
tersebut lebih kecil.
Pada proses
Open-Hearth digunakan campuran besi mentah (pig iron) padat atau cair
dengan baja bekas (steel scrap) sebagai bahan isian (charge). Pada proses ini
temperatur yang dihasilkan oleh nyala api dapat mencapai 1800oC.
Bahan bakar (fuel) dan udara sebelum dimasukkan ke dalam dapur terlebih dahulu
dipanaskan dalam “Cheekerwork” dari renegarator.
Proses pembuatan baja dengan cara Open-Hearth ini meliputi 3 periode yaitu
:
a. Periode memasukkan dan mencairkan bahan isian.
b. Periode mendidihkan cairan logam isian.
c. Periode membersihkan/memurnikan (refining) dan deoksidasi
d. Bahan bakar yang dipakai adalah: campuran blast furnace gas dan cokes oven gas.
a. Periode memasukkan dan mencairkan bahan isian.
b. Periode mendidihkan cairan logam isian.
c. Periode membersihkan/memurnikan (refining) dan deoksidasi
d. Bahan bakar yang dipakai adalah: campuran blast furnace gas dan cokes oven gas.
Bahan isian :
besi mentah dan baja bekas beserta bahan tambah ditaruh dalam heart lewat puntu
pengisian.
Proses
pembuatan baja dengan cara Open-Hearth furnace ini dapat dalam keadaan basa
atau asam (basic or acid open-hearth). Pada basic open-hearth furnace, dinding
bagaian dalam dapur dilapisi dengan magnesite brick. Bagian bawah untuk tempat
logam cair dan terak dari bahan magnesite brick atau dolomite harus diganti
setiap kali peleburan selesai. Terak basa yang dihasilkan + 40 - 50 % CaO.
Pada acid
open-hearth furnace, dinding bagian dalam dapur dilapisi dengan dinas-brick.
Bagian bawah dinding dapur harus diganti setiap kali peleburan selesai. Terak
yang dihasilkan mengandung silica yang cukup tinggi yaitu 50 - 55 % SiO2. Pada
proses basic ataupun acid dapat menggunakan bahan isian padat ataupun cair.
Proses yang
menggunakan isian padat biasa disebut “Scarp and pig process” yaitu proses yang
isian padatnya terdiri dari besi mentah (pig iron), baja bekas (Scrap steel)
dan sedikit bijih besi (iron ore). Proses yang mengggunakan besi mentah cair
terdiri dari besi mentah cari + 60 % dan baja bekas kira-kira 40 % dan sedikit
bijih besi dan bahan tambah. Cara ini biasa dikerjakan pada perusahaan dapur
tinggi (blast furnace) dimana besi mentah cair dari dapur tinggi tersebut
langsung diproses pada open-hearth furnace.
3. Proses Dapur Listrik
Dapur listrik
digunakan untuk pembuatan baja yang tahan terhadap suhu tinggi. Dapur ini
mempunyai keuntungan-keuntungan sebagai berikut,
a. Jumlah panas yang diperlukan
dapat dapat diatur sebaik-baiknya.
b. Pengaruh zat asam praktis tidak ada.
c. Susunan besi tidak dipengaruhi
oleh aliran listrik.
Sedangkan
kekurangannya adalah harga listrik yang mahal. Dapur listrik dibagi menjadi dua
kelompok yaitu dapur listrik busur cahaya dan dapur listrik induksi.
a.
Dapur Busur Cahaya
Dapur ini
berdasarkan prinsip panas yang memancar dari busur api, dapur ini juga dikenal
dengan sebutan dapur busur nyala api. Dapur ini merupakan suatu tungku yang
bagian atasnya digantungkan dua batang arang sebagai elektroda pada arus
bolak-balik atau dengan tiga buah elektroda arang yang dialirkan arus putar.
Misalnya pada dapur Stassano busur api terjadi antara tiga ujung elektroda
arang yang berada di atas baja yang dilebur melalui ujung elektroda itu dengan
arus putar. Pada dapur Girod, arus bolak balik mengalir melalui satu elektroda
yang membentuk busur api di antara kutub dan baja cair selanjutnya dikeluarkan
melalui enam buah elektroda baja yang didinginkan dengan air ke dasar tungku.
Pada dapur Heroult menggunakan dua elektroda arang dengan arus bolakbalik dan
dapat juga menggunakan tiga buah elektroda pada arus putar. Arus listrik
membentuk busur nyala dari elektroda kepada cairan dan kembali dari cairan ke
elektroda lainnya.
b. Dapur Induksi
Dapur induksi
dapat dibedakan atas dapur induksi frekuensi rendah dan dapur induksi frekuensi
tinggi. Pada dapur induksi dibangkitkan suatu arus induksi dalam cairan baja
sehingga menimbulkan panas dalam cairan baja itu sendiri sedangkan dinding
dapurnya hanya menerima pengaruh listrik yang kecil saja.
a. Dapur induksi frekuensi
rendah, bekerja menurut prinsip transformator. Dapur ini berupa saluran
keliling teras dari baja yang beserta isinya dipandang sebagai gulungan
sekunder transformator yang dihubungkan singkat, akibat hubungan singkat
tersebut di dalam dapur mengalir suatu aliran listrik yang besar dan
membangkitkan panas yang tinggi. Akibatnya isi dapur mencair dan campuran-campuran tambahan dioksidasikan.
b. Dapur induksi frekuensi
tinggi, dapur ini terdiri atas suatu kuali yang diberi kumparan besar di
sekelilingnya. Apabila dalam kumparan dialirkan arus bolak-balik maka
terjadilah arus putar didalam isi dapur. Arus ini merupakan aliran listrik
hubungan singkat dan panas yang dibangkitkan sangat tinggi sehingga mencairkan
isi dapur dan campuran tambahan yang lain serta mengkoksidasikannya. Hasil
akhir dari dapur listrik disebut baja elektro yang bermutu sangat baik untuk
digunakan sebagai alat perkakas misalnya pahat, alat tumbuk dan lain-lainnya.
Selain ketiga
proses di atas terdapat pula beberapa proses lainnya dalam pengolahan besi
kasar diantaranya yaitu:
1.
Proses Hoecsch
Proses Hoecsch merupakan penyempurnaan dari proses
Martin. Caranya adalah setelah muatan di dalam dapur Siemens Martin mencair
kemudian langsung dikeluarkan dan dimasukkan dalam kuali yang terbuka untuk
membakar fosfor dan belerang. Sementara pembakaran dilakukan dapur Siemens
Martin dibersihkan dan kemudian lantai dapur ditaburi dengan serbuk bijih besi
(Fe2O3 atau Fe3O4). Setelah selesai mengadakan pembakaran fosfor, belerang dan
besi cair yang berada di dalam kuali tadi dimasukkan kembali ke dalam dapur
Siemens Martin untuk menyelesaikan pembakaran unsur-unsur lain yang belum
hilang, terutama zat arang. Setelah proses pembakaran zat arang dianggap
selesai, terak yang terjadi dikeluarkan selanjutnya baja cair ditampung dalam
panci penuangan untuk dituang atau dicetak menjadi balok tuangan.
2.
Proses Bertrand Thield
Proses ini menggunakan dua buah dapur Siemens Martin.
Pada dapur yang pertama dilakukan pemijaran dan pembakaran untuk memisahkan
fosfor sedangkan dalam dapur kedua diisi dengan besi cair hasil dari dapur yang
pertama setelah teraknya dikeluarkan. Proses di dalam dapur yang kedua tersebut
juga diberi tambahan bijih besi yang baru.
3.
Proses Dupleks
Proses ini dilakukan dengan cara mengeluarkan zat
arang terlebih dahulu yang berada konvertor-konvertor dan memurnikannya di
dalam dapur Siemens Martin. Proses Dupleks terutama dilakukan oleh
pabrik-pabrik baja yang berada di dekat perusahaan dapur tinggi. Setelah proses
di dalam dapur tinggi (setelah teraknya dihilangkan) cairan besi kasar itu
dimasukkan kedalam konvertor (Bessemer atau Thomas) dan dicampur dengan batu
kapur serta baja bekas dalam jumlah yang dikehendaki. Pengembusan udara di
dalam konvertor dilakukan sampai kandungan fosfor menjadi rendah kira-kira 1
sampai 1,5 %, ditambah dengan kokas yang telah digiling selanjutnya memindahkan
isinya ke dalam dapur Siemens Martin.
4.
Proses Thalbot
Proses Thalbot dilakukan dengan menggunakan dapur
Siemens Martin yang dapat diputar-putar dan dijungkitkan. Setelah pemijaran
didalam dapur Martin, sebagian cairan dituangkan ke dalam panci tuang dan ke
dalam dapur tadi sambil ditambahkan besi kasar, bijih besi dan batu kapur.
Proses selanjutnya adalah menjaga agar cairan besi di
dalam panic tuang tadi tidak terjadi oksidasi, artinya mengusahakan pendinginan
yang cepat. Akibat dari cara ini adalah hasil yang diperoleh dalam setiap
proses dari satu dapur tidak sama kualitasnya. Baja yang dihasilkan dari proses
Thalbot adalah baja biasa seperti hasil dari proses konvertor Bessemer maupun
Thomas.
5.
Proses Dapur Aduk
Dapur aduk
merupakan cara pembuatan baja yang konvensional dengan cara melebur besi kasar
di dalam dapur nyala api bersama-sama dengan terak (FeO) untuk mendapatkan zat
asam. Dengan cara mengaduk-aduk dengan batang besi dan ke bawah permukaan
dimasukkan udara maka terjadilah suatu masa lunak dari baja yang banyak
mengandung terak. Apabila gumpalan-gumpalan yang dibuat dalam dapur telah
mencapai kirakira 60 kg dikeluarkan, maka langkah selajutnya adalah
mengeluarkan terak dengan jalan menempanya atau dipres. Dalam proses aduk ini
lebih banyak melibatkan pekerjaan tangan serta kapasitas produksi yang kecil
maka cara ini dipandang tidak efisien dan jarang digunakan pada pabrik-pabrik
baja.
5. Batang Baja dan Canai
Dari macam-macam proses diatas, proses selanjutnya setelah keluar dari
tungku pembakaran ialah penuangan kedalam cetakan. Cetakan kemudian
didinginkan. Setelah dingin baja dikeluarkan dan batangan dipanaskan ulang pada
suhu seragam yang cukup tinggi untuk penggilingan / canai / pengerolan.
Bentuk batangan tersebut dibagi:
1. Billet
Yaitu baja rol atau baja tempa setengah jadi yang akan
di rol atau ditempa lagi, biasanya berbentuk penampang segi empat dengan luas
penampang lebih kecil dari 25 inc2.
2. Blooms
Yaitu baja rol atau baja tempa setengah jadi yang akan
di rol atau ditempa lagi, biasanya berbentuk penampang segi empat dengan luas
penampang lebih dari 25 inc2.
Billet dan Blooms digunakan pada pabrik kawat yaitu
menghasilkan kawat, batang kawat, dan besi beton.
3. Slaab
Yaitu baja rol atau baja tempa setengah jadi yang akan
di rol atau ditempa lagi, biasanya berbentuk penampang persegi panjang dengan
lebar tidak lebih dari 2x tebalnya. Slap biasanya digunakan dalam pembuatan
plat-plat baja dan pipa-pipa baja yang besar.
Selanjutnya billet, blooms, dan slab dibawa ketempat penggilingan atau
istilahnya di canai.
Contoh-contoh canai:
a. Canai untuk membuat baja picak (plat)
Plat ini nantinya akan digunakan untuk plat lantai.
b. Canai profil
Kegunaan canai ini adalah untuk membuat penampang
bulat, segi enam, bujur sangkar dan lain-lain, begitu juga untuk pembuatan
profil di gunakan canai profil.
c. Canai universal
Terdiri dari empat rol canai, tebal flasa dan badan
profil pada canai ini dapat distel dengan merubah jarak antara rol-rol canai.
Selanjutnya dari proses pencanian ini dihasilkanlah baja untuk
konstruksi.
0 komentar:
Posting Komentar